Selasa, 30 Agustus 2022

KE 3 EVALUASI PEMBELAJARAN SENI PERTUNJUKAN

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI 

Keberhasilan suatu kegiatan dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan terhadap rencana, proses dan hasil akhir kegiatan itu. Termasuk kegiatan dalam bidang pendidikan. Melalui kegiatan evaluasi, akan mengetahui apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasi efektif atau kah tidak.

Pelaksanaan evaluasi yang dilaksanakan pada setiap kegiatan memiliki tolak ukur (kriteria) dan teknik yang berbeda. Persepsi orang perihal evaluasi terhadap kerya seni cenderung kepada penilaian terhadap karya seni, tanpa melihat proses ataupun pergulatan dalam berolah cipta sehingga muncul kesan bahwa menilai karya seni itu mudah.

Hal yang sama pula dialami oleh para pendidik khususnya dalam melakukan evaluasi terhadap karya seni para peserta didik. Pada umumnya pendidik menilai karya seni peserta didik lebih mementingkan nilai hasil dari pada proses. Padahal yang paling penting justru penilaian proses. Karena tujuan pembelajaran itu bukan untuk menciptakan “seniman” yang memiliki kemampuan mencipta karya seni, melainkan bertujuan untuk meningkatkan apresiasi dan kreativitas dalam proses belajar dengan seni dan melalui media seni.

Fenomena di atas terjadi sejalan dengan paradigma pendidikan yang lebih mementingkan nilai hasil (sumatif), dibandingkan dengan paradigma pendidikan yang memperhatikan penilaian proses (formatif). Kondisi ini dianggap lumrah, padahal yang tidak kalah pentingnya, penilaian tidak hanya menilai hasil akhir (dalam bentuk karya) saja, tapi justru pendidik perlu melakukan penilaian terhadap proses peserta didik pada saat berkarya. Dengan mengamati proses pembelajaran peserta didik, pendidik memiliki gambaran mengenai bagimana potensi peserta didik, apa kesulitan yang peserta didik hadapi, dan bagaimana caranya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran terssebut.

Pada Bahan Balajar ini Anda akan mengkaji masalah Evaluasi dalam Pembelajaran Seni Rupa yang akan dijabarkan ke dalam tiga Kegiatan Belajar, yaitu:

1.    Konsep Dasar Evaluasi dalam Pendidikan Seni Rupa.

2.    Ruang Lingkup dan Teknik Penilaian Pembelajaran Seni Rupa

3.    Kriteria Aspek Penilaian Pembelajaran Seni Rupa

Setelah mempelajari Bahan Belajar ini diharapkan Anda dapat:

1.    Menjelaskan pengertian, tujuan, fungsi dan prinsip evaluasi dalam Pendidikan Seni Rupa di sekolah dasar.

2.    Menguraikan ruang lingkup kegiatan evaluasi pembelajaran seni rupa

3.    Menjelaskan teknik pelaksanaan dalam penilaian pembelajaran seni rupa

4.    Menguraikan criteria aspek penilaian pembelajaran seni rupa berdasarkan jenis materi dan kegiatan pembelajaran. 

KONSEP DASAR EVALUASI DALAM PENDIDIKAN SENI

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi dalam pendidikan dan pembelajaran seni, kegiatan penilaian karya seni berbeda dengan penilaian mata pelajaran eksakta. Terhadap seni khususnya seni rupa seolah proses penilaian mudah karena hanya dengan sekilas melihat, nilai segera didapat. Namun sebenarnya tidaklah sesederhana itu. Muharam dan Sundaryati (1991: 73) menegaskan bahwa dalam evaluasi pendidikan seni, penilaian ditinjau segi-segi psikologis, estetik, dan kependidikan.

Dalam aspek psikologi, penilaian pendidikan seni dilakukan untuk meliha perkembangan mental dan emosional siswa. Pada segi estetik, penilaian dilakukan untuk melihat perkembangan siswa dalam kemampuan apresiasi dan kreativitas dalam proses pembejaran seni. Sedangkan dari segi pendidikan, proses penilaian diarahkan untuk melihat perkembangan sosiasliasi dan kedewasaan

Dalam prakteknya. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur prilaku yang dapat diamati melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, berbagai teknik dan alat yang akan digunakan dalam proses evaluasi ini perlu diketahui dan pahami.

A.        Pengertian Evaluasi

Bloom, Dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai: “… is the systematic collection of evidence to determine wheter in fact cerrtain changes are taking place in the learners as well as to determine the amount or gegree of change in individual students.” Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa kegiatan evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan fakta atau bukti-bukti secara sistematis untuk menetapkan apakah telah terjadi perubahan pada diri peserta didik, dan sampai sejauh mana perubahan yang terjadi. Melalui kegiatan evaluasi ini pendidik akan mengetahui apakah proses pembelajaran yang telah dilakukannya dapat memberikan perubahan kompetensi peserta didik.

Pendapat yang sama diungkapan Stufflebeam (1971) bahwa: “ Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives.” Pengertian tadi mengungkapkan bahwa kegiatan evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara sitematis, terarah dan terencana dalam upaya mengetahui sampai sejauh mana terjadi perubahan prilaku pada diri peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga pendidik dapat menentukan tindakan yang tepat.

Dengan demikian, evaluasi memiliki fungsi untuk mengetahui gambaran kondisi peserta didik dalam proses pembelajaran serta memberikan umpan balik bagi pendidik berdasarkan hasil kegiatan evaluasi ini. Dengan adanya evaluasi akan diketahui kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Melalui kegiatan evaluasi ini, pendidik juga dapat mengetahui kemampuan yang telah dimiliki peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan melalui kegiatan evaluasi ini pula pendidik bisa menentukan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap peserta didik yang kurang dan peserta didik yang memahami pembelajaran serta peserta didik yang telah menguasai pembelajaran.

B.        Tujuan dan Fungsi Evaluasi

1.         Tujuan Evaluasi

Tujuan utama dilakukan kegiatan evaluasi dalam proses belajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkap pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya dalam bentuk fungsi evaluasi (Daryanto, 2001: 11).

Berbagai informasi yang dikumpulkan oleh pendidik dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Pendidik dapat menggunakan bukti untuk memonitor kemajuan peserta didik dan membuat pertimbangan. Hasilnya dapat diinformasikan kepada para peserta didik, orang tua, pendidik lain, pengurus dan otoritas pendidikan mengenai hasil belajar yang demonstrasikan peserta didik.

Pertimbangan pendidik ini dapat juga digunakan peserta didik untuk membuat keputusan yang mereka perlukan untuk meningkatkan proses pembelajaran serta kebutuhan sumber daya yang di perlukan bagi pembelajaran selanjutnya. Pertimbangan juga digunakan sebagai bahan untuk mendiskusikan cara belajar masa depan dengan para peserta didik, dan orang tua atau sebagai pemandu perencanaan program kelas dan kurikulum.

2.         Fungsi evaluasi

Kegiatan dan hasil evaluasi dalam konteks pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan mempunyai fungsi, di antaranya:

a.   Fungsi Penempatan

b.   Fungsi Formatif

c.   Fungsi Diagnostik

d.   Fungsi Sumatif

Fungsi penempatan: Kegiatan evaluasi, pendidik dapat menyeleksi peserta didik. Contohnya: memilih peserta didik untuk diterima di pendidikan tertentu, menentukan peserta didik apakah naik kelas atau tidak, menentukan peserta didik yang akan mendapat beasiswa, dan sebagainya

Fungsi formatif: Kegiatan evaluasi, pendidik dapat mengetahui keberhasilan peserta didik setelah mengikuti satu pokok bahasan / tema dari kegiatan pembelajaran tertentu. Kegiatan ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau kemajuan belajar peserta didik untuk memberikan umpan balik baik kepada peserta didik maupun pendidik. Berdasarkan data yang diperoleh pendidik dapat melakukan tindakan lebih lanjut bagi peserta didik yang telah menguasai dan yang belum menguasai pembelajaran. peserta didik yang telah menguasai materi pembelajaran diberikan pengayaan oleh pendidik, sedangkan bagi peserta didik yang belum menguasai materi pembelajaran diberikan pengajaran remidial.

Fungsi diagnostik: Kegiatan evaluasi dapat mendeteksi kelemahan atau kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Berbagai kelemahan dan kesulitan merupakan bahan yang dapat dijadikan pertimbangan pendidik dalam mencari bahan alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik.

Fungsi Sumatif: Kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai penentu keluluasan pada jenjang tertentu, misalnya dari SMP ke jenjang SMA. Jenis evaluasi ini juga sebenarnya dapat digunakan untuk menentukan kelulusan peserta didik dalam menguasai mata pelajaran tertentu setelah melewati proses ujian semester.

B. Prinsip Penilaian

Ada beberapa prinsip umum dalam pelaksanaan evaluasi. Berapapun baiknya perencanaan dan prosedur evaluasi diterapkan maka, apabila tidak dipadukan dan ditunjang dengan prosedur yang baik maka hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan. Daryanto (2001: 19-21) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip evaluasi, di antaranya:

1.  Keterpaduan: Proses evaluasi tidak bisa lepas dengan tujuan, materi dan metode pembelajaran. Oleh karena itu, penetapan rancangan evaluai harus sudah dilakukan pada waktu menyusun rencana pembelajarn sehingga keeempat kompone pengajaran itu bekerjasama dengan baik.

2. Keterlibatan peserta didik: Proses evaluasi yang di;lakukan oleh pendidik terhadap peserta didik merupakan suatu kebutuhan bagi diri peserta didik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, keterlibatan peserta didik dalam kegiatan evaluasi mutlak diperlukan, bahkan peserta didik juga diberi kesempatan dan peluang untuk melakukan evaluasi diri sendiri (self evaluation).

3. Koherensi: Kegiatan evaluasi harus sejalan dengan materi yang telah disampaikan. Selain itu evaluasi juga harus sejalan dengan aspek yang hendak diukur.

4. Pedagogis: Hasil evaluasi disamping alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, juga memiliki fungsi sebagai alat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan pendidikan. peserta didik yang menguasai pembelajaran akan mendapat ganjaran (reward) sedangkan mereka yang kurang memahami materi pembelajarn, evluasi ini sebagai hukuman.

5. Akuntabilitas: Hasil evaluasi merupakan bentuk pertanggungjawaban proses pendidikan untuk disampaikan kepada pihak terkait seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Pendapat di atas diperkuat oleh pandangan mengenai prinsip evaluasi dalam pembelajaran seni yang dikemukakan De Francesco (1958: 217-224) bahwa:

1.   Evaluasi seharusnya berdasarkan tujuan: Apa yang akan dinilai berkaitan dengan kejelasan tujuan, apakah akan menilai kreativitas, penguasaan teknik berkarya, spontanitas dalam membuat garis.

2.   Evaluasi perlu dilakukan dalam menumbuhkan dan mengembangkan peserta didik: Hal ini dilakukan atas dasar keyakinan bahwa peserta didik harus diberikan peluang seoptimal mungkin dalam meningkatkan potensinya.

3. Evaluasi seharusnya membuat kontirbusi yang signifikan untuk meningkatkan program sekolah: Pengalaman pendidik dalam mengajar pendidikan seni sebaiknya berdekatan dengan apa yang pernah dia rasakan untuk kemudian terjadi tukar-menukar pengalaman dengan pendidik lain.

4. Evaluasi harus direncanakan dengan teliti dan dipersiapkan untuk penilaian selanjutnya: program evaluasi perlu dirancang untuk mengukur pertumbuhan peserta didik menuju ke arah yang lebih baik.

5.  Evaluasi seharusnya menghasilkan kerjasama antara peserta didik, pendidik, orang tua yang memperhatikan proses pertumbuhan peserta didik: untuk mencapai hasil penilaian yang memadai, maka kegiatan penilaian memerlukan partisipasi semua pihak, seperti peserta didik, pendidik dan orang tua. Hasil evaluasi ini menjadi bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan monitor perlu dilakukan kegiatan evaluasi perlu dilakukan secara terprogram

6. Evaluasi mengharuskan menggunakan beberapa alat dan teknik untuk mengumpulkan data tentang perkembangan peserta didik:

Penggunaan alat evaluasi yang beragam dapat memberikan gambaran lebih objektif mengenai hal yang dinilai. Beberapa alat dan teknik evaluasi sudah dikembangkan oleh National Art Education Association, diantaranya:

-          pertanyaan terbuka (wawancara, percakapan);

-          Pertanyaan singkat;

-          Rekaman tape mengenai kegiatan diskusi;

-          Catatan anekdot;

-          Folder individu;

-          Catatan individu peserta didik;

-          “Centre” Chart (area minat peserta didik: krayon, melukis, tanah liat dll);

-          Bagan Evaluasi diri;

-          Class Folder (apa yang dapat dilukiskan oleh banyak peserta didik);

-          Foto dan slide peserta didik yang sedang berkarya.

7.   Evaluasi hendaknya mencatat kemampuan dan memelihara penafsiran data yang tentang peserta didik: Kemampuan memperlihatkan penafsiran data dimaksudkan agar pendidik konsisten dan mencukupi data seni para peserta didik dan prestasinya cukup.

8. Penilaian Sosial: Pendidik perlu melakukan kegiatan observasi, mencatat, membandingkan dan menganalisis perhatian yang berkaitan dengan peserta didik dalam hubungannya dengan kelompoknya.

9.   Evaluasi mendorong kegiatan penelitian, eksperimen, dan progress: Evaluasi yang dilakukan hendaknya mendorong pendidik unrtuk meningkatkan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dan dirinya.

Secara khusus, prinsip-prinsip penilian keberhasilan dalam pembelajaran terpadu diungkapkan Kamaril, (1999:  6.67) bahwa:

1.  Penilaian terhadap proses belajar perlu mendapat perhatian lebih besar daripada penilaian produk.

2.   Peserta didik diikutsertakan (dilibatkan) dalam setiap langkah evaluasi.

3.  Menerapkan teknik evaluasi cermin diri (self reflection) pada peserta didik dan evaluasi diri (self evaluation).

4. Menerapkan teknik evaluasi portofolio sebagai masukan untuk memutuskan nilai peserta didik.

5. Memanfaatkan hasil penilaian sebagai umpan balik untuk meningkiatkan pembelajaran peserta didik

6.  Acuan yang digunakan seyogyanya mengutamakan PAP (pedoman Acuan Patokan) dari pada PAN (Paduan Acuan Norma).

7.   Memperhatikan lebih pada dampak pengiring kemampuan bekerjasama, tenggang rasa, motivasi, kepekaan rasa, kemampuan kreatif, prodoktif dan inovatif, dan lain-lain.

8. Evaluasi yang dipandang sebagai kegiatan yang berkelanjutan bukan sebagai kegiatan akhir saja serta mengukur hal-hal yang bersifat multidimensional dari beragam sudut pandang.

9.   Bersifat komprehensif (menggambarkan seluruh aktivitas belajar) dan sistematis.

10. Pelaksanaan evaluasi seyogyanya dilaksanakan secara inform dan tanpa disadari peserta didik (berjalan seperti apa adanya).


sumber buku dapa di download Evaluasi Pembelajaran

Senin, 29 Agustus 2022

KE 3 SENI RUPA DAN KERAJINAN TANGAN "KE 3 KEGIATAN MENCETAK PADA ANAK USIA DINI"

KE 3 KEGIATAN MENCETAK PADA ANAK USIA DINI


  1. Pengertian mencetak

Mencetak atau Seni grafis adalah kegiatan berkarya seni rupa dwimatra yang dilakukan dengan cara mencapkan alat atau Acvuan yang sudah diberi tinta atau cat pada bidang gambar. Alat cetak tersebut dibuat membentuk gambar atau tulisan pada bahan tertentu sesuai teknik mencetak yang dipilih. Hasil karya seni cetak meskipun memiliki kesan rupa seperti gambar atau lukisan, namun kualitas nilai seninya ditentukan dari keaslian hasil cap atau cetak dari acuan yang digunakan tanpa ada penambahan pewarnaan dengan alat kuas atau goresan lainnya.

Mencetak atau Seni grafis dalam pembelajaran seni adalah kegiatan berkarya seni rupa dua dimensi yang dimasukkan untuk menghasilkan atau memperbanyak karya seni dengan menggunakan bantuan alat atau acuan cetak tertentu. Prinsip kerja mencetak adalah memindahkan tinta atau cat dari alat cetak ke bidang atau bahan yang dipakai mencetak sesuai teknik yang dipilih.

Berdasarkan tujuan pembuatannya seni grafis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu seni grafis terapan dan seni grafis murni. Grafis terapan dimasukkan untuk menghasilkan karya cetak atau produk media komunikasi seperti majalah, buku cetakan, kalender, kartu undangan, dan lainnya. Seni grafis murni dimaksudkan untuk menghasilkan suatu karya cetak sebagai media ekspresi dan kreasi dengan mengutamakan tatanan nilai estetis dan artistik.

Dilihat dari prosesnya mencetak menggunakan beberapa komponen yaitu: acuan cetak, tinta cetak atau cat, bahan yang dipakai mencetak, landasan cetak, dan bahan pelengkap lainnya. Secara umum urutan kerja mencetak adalah sebagai berikut:

  1. Pembuatan acuan 

  2. Pemberian tinta cetak atau cat pada acuan 

  3. Pencetakan atau mencapkan acuan yang sudah diberikan tinta ke bahan yang dipakai mencetak 

  4. Pemilihan hasil karya cetak, dan bila diperlukan diberi bingkai atau pigura.

  1. Macam-macam teknik mencetak

Seni grafis berdasarkan pembuatannya dapat dibedakan menjadi beberapa macam teknik, yaitu : 

  1. Cetak tinggi 

Cetak tinggi adalah teknik mencetak dengan menggunakan acuan atau alat cetak yang permukaannya tinggi atau berbentuk relief sehingga bila di atas acuan diberi tinta atau cat dan kemudian dicapkan pada bahan yang dipakai mencetak (kertas gambar) maka akan dihasilkan bentuk cap yang sama dengan bentuk acuannya. contohnya adalah stempel.

  1. Cetak datar 

Cetak datar adalah teknik mencetak dengan menggunakan acuan atau alat cetak yang permukaannya rata atau datar artinya tidak membentuk gambar timbul, tidak berlubang dan tidak membentuk goresan alur rendah. Cetak datar ini disebut juga cetak tunggal karena Teknik ini hanya dapat menghasilkan satu karya cetak. Artinya acuannya hanya bisa dipakai satu kali mencetak saja, tidak bisa dipakai berulang-ulang seperti halnya teknik cetak lainnya.

  1. Cetak dalam

Cetak dalam atau cetak rendah adalah teknik mencetak menggunakan acuan atau alat cetak yang permukaannya rendah, yaitu berupa alur rendah atau dalam bekas torehan. Selanjutnya pada acuan yang rendah tersebut diberi cat atau tinta dan kemudian diucapkan ke bahan yang dipakai mencetak, maka akan pindahlah cat atau tinta tersebut dan akan menghasilkan bentuk cetakan tertentu.

  1. Cetak sablon

Cetak sablon adalah teknik mencetak dengan menggunakan acuan cetak yang berlubang-lubang atau membentuk saringan tembus sehingga tinta cetak akan meresap atau masuk melalui lubang-lubang acuan ke bahan yang dipakai mencetak. Cetak stensill adalah salah satu contoh teknik cetak sablon.

Dari keempat macam teknik mencetak tersebut di atas yang menjadi materi pengembangan kreativitas pada anak usia dini atau taman kanak-kanak dalam menerapkan prinsip cetak tinggi dan cetak sablon. Dengan pertimbangan tingkat kesulitan dan proses pembuatannya maka yang dijadikan materi pengembangan kreativitas seni rupa adalah cetak tinggi dan cetak sablon sederhana, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan anak.

Adapun kreativitas mencetak pada anak usia dini yang dimaksudkan adalah kegiatan berlatih berkarya seni rupa dengan menerapkan cara-cara mencetak atau mencap sesuai Tingkat kemampuan anak. Kreativitas mencetak tersebut antara lain: mencetak dengan daun, mencetak dengan penampang pelepah pisang, pelepah talas, Pelepah pepaya, mencetak dengan jari, mencetak menggunakan kertas atau plastik yang dilubangi membentuk gambar atau huruf berikut ini diuraikan mengenai berkreasi mencetak tinggi dan mencetak sablon sederhana.

  1. Mencetak dengan daun

Kreativitas mencetak dengan daun yang dimaksudkan adalah pembuatan karya cetak sederhana yang dihasilkan dari suatu bentuk daun yang diberi tinta (perwarna) pada salah satu sisi (permukaan) daun dan kemudian dicapkan pada kertas gambar.

  1. Bahan dan peralatan

  1. Kertas gambar ukuran kuarto sampai atau menggunakan kertas lipat.

  2. Tinta atau cat gambar (cat air atau cat poster) 

  3. Kuas atau menggunakan kapas

  4. Kertas koran untuk kelas meja

  5. Daun untuk alat cetak.

  1. Langkah kerja mencetak dengan daun

  1. Siapkan adonan warna secukupnya pada palet gambar.

  2. Ambil satu atau dua lembar daun yang masih segar (belum laku atau kering) dengan ukuran sedang dengan bentuk daun yang baik dan permukaannya datar. Misalnya daun tanaman hias di halaman atau sekitar sekolah.

  3. Salah satu permukaan daun diolesi dengan tinta atau cat agak pekat menggunakan alat kuas atau kapas dengan ketebalan sedang hingga rata

  4. Selanjutnya daun yang diolesi tinta tersebut diletakkan atau diatur di atas kertas gambar, kemudian tekanlah dari bagian atas sehingga tinta atau yang ada pada daun bisa pindah ke kertas gambar.

  5. Setelah itu lepaskan daun dari kertas gambar, maka selesailah langkah kerja mencetak dengan daun.

Untuk menghasilkan cap atau cetakan dengan komposisi warna tertentu Buatlah beberapa cetakan daun dengan warna cat tinta sesuai yang dikehendaki.

  

  1. Petunjuk mengerjakan pencetak dengan daun pada anak usia dini

  1. Sekolah atau guru menyiapkan kertas yang digunakan untuk mencetak sesuai ukuran yang diinginkan menyiapkan daun dengan ukuran sedang (pilih daun yang tidak terlalu tipis atau terlalu tebal), dan peralatan lainnya.

  2. Siapkan cairan warna agak pekat sesuai kebutuhan bisa berkelompok, misalnya setiap 2 anak disediakan satu wadah yang sudah berisi cairan warna.

  3. Guru memandu menuntut anak untuk mencetak sesuai langkah-langkah mencetak dengan daun seperti yang diuraikan di atas 

  4. Bila hasil mencetak tidak rata warnanya, guru tidak perlu menyuruh anak untuk menambahkannya

  5. Guru diharapkan juga memberikan penjelasan kepada anak agar dapat mencetak dilakukan dengan tertib, tidak mencapmemecah barang tempat dan setiap mencetak supaya tempat belajar atau dibersihkan

  1. Pencetak dengan penampang pelepah

Mencetak ini dikerjakan dengan menggunakan alat atau acuan cekat dari bahan alam yang berbentuk penampang. Misalnya penampang pelepah pisang, pelepah talas , pelepah pepaya, dan sejenisnya.

Gunakan pelepah yang masih segar sesuai ukuran yang dikehendaki, kemudian dipotong dengan rata agar diperoleh penampang yang baik. Selanjutnya pada permukaan racun tersebut diberi tinta atau cat dan kemudian dicapkan pada kertas gambar, maka akan dihasilkan bentuk cap seperti bentuk acuannya. Dengan memanfaatkan penampang pelepah dapat dikembangkan kreativitas seni rupa yang cukup mengasyikkan bagi anak usia dini.

  1. Bahan dan peralatan 

  1. Kertas gambar ukuran kwarto 4 atau kertas lipat.

  2. Tinta atau cat gambar cat air cat poster bisa juga menggunakan tinta stempel.

  3. Kuas atau menggunakan kapas 

  4. Kertas koran untuk alas meja 

  5. Pelepah pisang untuk alat cetaknya atau pelepah lainnya.

  6. Bantalan stempel jika menggunakan tinta stempel.

  1. Langkah kerja mencetak dengan penampang pelepah 

  1. Siapkan adonan warna secukupnya pada palet gambar agak pekat

  2. Ambil atau pilih salah satu atau beberapa potongan pelepah dalam keadaan masih segar (belum layu atau kering) dengan ukuran sedang dan permukaannya datar. Misalnya pelepah pisang jangan terlalu pangkal atau sebaliknya terlalu ujung.

  3. Salah satu permukaan penampang diolesi dengan tinta atau cat agar pekat menggunakan alat kuas atau kapas dengan ketebalan sedang sampai rata. Pemberian warna pada permukaan penampang tidak dicelupkan ke dalam adonan warna supaya celah atau lubang pada penampang tidak tertutup warna.

  4. Selanjutnya penampang yang sudah bertinta tersebut dicapkan pada kertas gambar sambil dilakukan penataan agar diperoleh hasil cap yang lebih baik.

  5. Untuk menghasilkan cat dengan komposisi warna tertentu, ulangilah langkah mencetak yang sudah dilakukan dengan mengganti warna yang dioleskan pada penampang yang digunakan. Kombinasi hasil cap juga bisa diperoleh dengan menggunakan beberapa penampang pelepah yang ukurannya tidak sama, misalnya ada yang besar, sedang, dan ada yang kecil.

  1. Petunjuk mengerjakan mencetak  dengan pelepah pada anak usia dini

  1. Sekolah atau guru menyiapkan kertas yang digunakan mencetak sesuai ukuran yang diinginkan, menyiapkan pelepah ukurannya sedang ( potongan pelepah panjangnya antara 10 cm 15 cm), dan peralatan lainya.

  2. Siapkan cairan warna agak pekat sesuai kebutuhan, bisa secara berkelompok. Misalnya setiap 2 anak disediakan satu wadah yang sudah diisi cairan warna. Bila menggunakan tinta stempel siapkan beberapa landasan Stempel yang sudah diberi tinta.

  3. Guru memandu atau menuntun langkah-langkah mencetak penampang mulai dari mengolesi salah satu permukaan penampang dengan cat menggunakan bantuan kuas, kapas atau langsung ditutulkan pada landasan stempel, cara mencapkan penampang yang sudah bertinta dan cara membuat penataan hasil cap.

  4. Bila hasil mencetak warnanya tidak rata, guru tidak perlu menyuruh anak untuk menambahkan warna.

  5. Guru diharapkan juga memberikan penjelasan pada anak agar dalam mencetak dilakukan dengan tertib, tidak mencap di sembarang tempat dan setelah mencetak supaya merapikan atau membersihkan tempat pelajarannya.

  6. Bila di lingkungan TK atau RA ada bahan penampang lain yang telah disebutkan tentu saja bisa dimanfaatkan. Misalnya pelepah eceng gondok, penampang potongan spons atau busa dan lainnya.

  1. Mencetak dengan jari

Kreasi mencetak juga bisa digunakan dengan menggunakan alat cap jari tangan atau jempol tangan secara langsung. Kelengkapan yang diperlukan dan langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut: 

  1. Bahan dan peralatan

  1. Landasan stempel, Kalau tidak ada penggunaankan palet gambar.

  2. Tinta stempel atau cat air.

  3. Kertas gambar atau guntingan gambar pada kertas polos atau berwarna yang akan digunakan untuk mencap dengan jari

  4. Kuas gambar atau kapas

  1. Langkah kerja mencetak dengan jari 

  1. Siapkan adonan warna agak pekat pada landasan stempel atau palet gambar 

  2. Olesi atau tutulkan jari atau jempol (seperti waktu melakukan cap jari) pada adonan warna, namun jangan terlalu tebal 

  3. Selanjutnya jari yang sudah bertinta tersebut dicapkan di atas kertas gambar, atau pada guntingan gambar yang sudah disediakan. Lakukan berulang-ulang sampai diperoleh hasil cap seperti yang diinginkan

  1. Petunjuk mengajarkan mencetak dengan jari pada anak usia dini

  1. Sekolah atau guru menyiapkan kertas yang digunakan untuk mencetak sesuai ukuran yang diinginkan dan peralatan lainnya

  2. Siapkan cairan warna agak pelat sesuai kebutuhan bisa secara berkelompok. Misalnya dua anak disediakan satu wadah yang sudah diisi cairan warna 

  3. Guru diharapkan memandu atau menuntun langkah-langkah mencetak dengan jari mulai dengan mengolesi salah satu permukaan jari dengan cat menggunakan bantuan kuas, kapas atau ditutukan pada landasan stempel, cara mencapkan jari agar menghasilkan cap yang baik 

  4. Bila hasil mencetak warnanya tidak rata, guru tidak perlu menyuruh anak untuk mengulangi mencap pada tempat yang sama 

  5. Guru diharapkan juga memberikan penjelasan pada anak agar dalam mencetak dilakukan dengan tertib, tidak mencap di sembarang tempat dan setelah mencetak supaya merapikan atau membersihkan tempat belajarnya

  1. Mencetak sablon sederhana

Mencetak sablon atau cetak tembus sederhana sebagai media ekspresi seni rupa di TK dikerjakan dengan cara menutulkan warna atau memercikkan warna pada alat sablon yang dibuat dari kertas atau plastik mika yang dilubangi membentuk gambar atau tulisan. Kegiatan mencetak sablon sederhana bagi anak TK perlu mendapat bantuan dari orang tua atau guru yang menyiapkan alat cetak yang digunakan untuk menyablon. Mengingat pembuatan alat cetak dengan cara melubangi kertas atau plastik memiliki kesulitan yang sekirannya belum dikuasai anak TK.

  1. Bahan dan peralatan

  1. Bahan acuan cetak menggunakan kertas gambar, plastik mika, plastik transparan (ukuran sesuai yang diinginkan)

  2. Alat pembentuk acuan yaitu gunting

  3. Alat bantu menyablon menggunakan alat tutul dari kapas atau spons

  4. Tinta atau cat yang digunakan misalnya tinta stempel atau cat air 

  5. Kertas untuk menyablon yaitu kertas gambar, kertas HVS, kertas lipat dan lainnya

  1. Langkah kerja mencetak sablon sederhana 

  1. Pembuatan alat cetak sablon yaitu dengan cara melubangi kertas atau plastik yang digunakan untuk membuat alat cetak dengan gunting. Bentuk alat cetak bebas sesuai dengan kemampuan dan kreasi yang diinginkan. Cara melubangi kertas dapat dilipat satu kali baru digunting. Misalnya guntingan yang berbentuk kotak segitiga dan bentuk beraturan yang lainnya. 

  2. Tahap penyablonan dilakukan dengan cara meletakkan alat sablon di atas kertas yang dipakai menyablon, dilanjutkan dengan pemberian tinta atau warna pada lubang alat cetak menggunakan alat tutul dari kapas atau spons. Pemberian warna tidak usah terlalu tebal dan cairan warna yang digunakan juga jangan terlalu encer atau air. Setelah selesai pemberian warna diakhiri dengan melepaskan atau mengangkat alat cetak dari kertas maka selesailah proses kerja penyablonan sederhana.

  1. Petunjuk mengajarkan mencetak sablon sederhana pada anak usia dini

  1. Sekolah atau guru menyiapkan kertas yang digunakan untuk mencetak sesuai ukuran yang diinginkan, menyiapkan alat cetak yang berbentuk bebas, dan peralatan lainnya

  2. Siapkan cairan warna agak pekat pada palet atau wadah sesuai kebutuhan, bisa secara kelompok.

  3. Guru diharapkan memandu menuntun langkah-langkah kerja mencetak sablon sederhana mulai dari meletakkan alat cetak di atas kertas, cara menggunakan alat tutul pada lubang alat cetak agar menghasilkan cap yang baik

  4. Bila hasil mencetak warnanya tidak rata, guru tidak perlu menyuruh anak untuk menambahkannya

  5. Guru diharapkan juga memberikan penjelasan pada anak agar dalam mencetak dilakukan dengan tertib, tidak mencap di sembarang tempat dan setelah mencetak supaya merapikan atau membersihkan tempat belajarnya

  1. Mencetak dengan spons atau sterefoam

Di lingkungan perkotaan bahan buatan yang relatif cukup mudah diperoleh dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangkan kreativitas seni rupa anak usia dini adalah bahan spons (busa) atau sterefoam. lembaran spons atau sterefoam  terlebih dahulu dibentuk menjadi potongan-potongan agak kecil agar memudahkan penggunaannya pada waktu mencetak

  1. Bahan dan peralatan 

  1. Potongan spons atau seterefoam sesuai model yang dibuat. Yang harus diperhatikan adalah permukaan potongan bahan harus rata agar menghasilkan cap yang baik 

  2. Tinta atau cat gambar (cat air cat poster ) bisa juga menggunakan tinta stempel

  3. Kuas atau menggunakan kapas atau sebagai pengganti bisa menggunakan landasan stempel.

  4. Kertas koran untuk alas meja

  1. Langkah kerja mencetak dengan spons atau seterefoam 

  1. Siapkan adonan warna secukupnya pada palet gambar agak pekat atau menggunakan tinta pada landasan stempel

  2. Ambil atau pilih salah satu atau beberapa potongan spons atau seterefoam kemudian tutulkan atau olesi permukaan alat cap dengan tinta sampai rata

  3. Selanjutnya potongan spons atau seterefoam yang sudah bertinta tersebut dicapkan pada kertas gambar sambil dilakukan penataan agar dihasilkan cap yang baik

  4. Untuk menghasilkan kombinasi hasil cap juga diperoleh dengan menggunakan beberapa model potongan spons atau seterefoam yang ukurannya tidak sama, misalnya ada yang besar, sedang, dan ada yang kecil

  1. Petunjuk mengajarkan mencetak dengan spons atau seterefoam

  1. Sekolah atau guru menyiapkan kertas yang digunakan mencetak sesuai ukuran yang diinginkan menyiapkan alat cetak dari spons atau seterefoam yang tentunya bebas dan peralatan lainnya.

  2. Siapkan cairan warna agak pekat pada palet atau wadah sesuai kebutuhan, bisa secara kelompok

  3. Guru diharapkan memandu langkah-langkah kerja mencetak mulai dari mengolesi permukaan spons atau seterefoam, cara mencapkan alat cetak pada kertas gambar hingga dihasilkan cap yang baik

  4. Bila hasil mencetak warnanya tidak rata, guru tidak perlu menyuruh anak untuk mengulangi mencap pada tempat yang sama 

  5. Guru diharapkan juga memberikan penjelasan pada anak agar dalam mencetak dilakukan dengan tertib, tidak mencap di sembarang tempat dan setelah mencetak supaya merapikan atau membersihkan tempat belajarnya.